Sebelumnya, ijinkan saya mengucapkan Selamat Idul Fitri kepada teman-teman muslim, mohon maaf lahir dan batin! Merayakan hari lebaran secara online di tengah pandemi mungkin terlihat menyedihkan. Tapi kita masih bisa memaknai hari lebaran dengan cara yang lain.
Di satu sisi, saya bersyukur saya tidak perlu mudik tahun ini. Tetapi kondisi pandemi tentu bikin kita ngga bisa kumpul dengan keluarga besar, bersilaturahmi, dan sebagaimacamnya. Jadi, bagaimana kita bisa memaknai hari lebaran yang masih online ini? Berikut sebuah sudut pandang:
Lebih Fokus Family time
Tahun-tahun sebelumnya, setelah sholat id saya dan keluarga biasanya selalu buru-buru sungkem-sungkeman, makan, beberes, dan segera berangkat untuk mudik atau kumpul dengan keluarga besar di luar kota.
Ada kalanya kami juga sibuk mempersiapkan rumah dan suguhan kalau ada keluarga atau kolega yang berkunjung ke Jogja. Jadi super sibuk terutama di hari pertama dan kedua ramadhan.
Nah, tahun ini, kami ngga harus kemana-mana. Jadi mulai dari sholat, sungkem-sungkeman, makan, kami lakukan dengan santai tanpa terburu-buru waktu mudik. Momen makan bersama benar-benar kami nikmati, dengan duduk beramai-ramai di meja, menikmati hidangan sambil saling bercerita. Jadi malah lebih fokus dengan keluarga inti sendiri.
Tidak hanya itu, kami sekeluarga juga jadi lebih banyak berkumpul, nonton film bareng, yang mana family time ini jadi lebih terasa intim. Karena semua anggota keluarga sedang dalam kondisi libur, jadi suasana lebih rileks.
Beruntungnya, keluarga besar kami sangat mengerti kondisi pandemi sekarang. Sebagian dari mereka adalah penyintas, beberapa saudara kami bahkan menjadi korban. Sebagian besar anggota keluarga juga sudah tidak muda, beberapa memiliki komorbid, sehingga semua sepakat untuk berkumpul di lain waktu saja.
Videocall: menghemat banyak waktu
Meskipun ngga bisa berkunjung, berkumpul dan silaturahmi dengan keluarga besar, kehadiran teknologi ternyata banyak membantu kami.
Kalau dulu, keluarga saya membutuhkan waktu sampai 1 minggu untuk menyapa keluarga besar kami dari Jakarta hingga Surabaya, kini hanya butuh 1 hari kami bisa menyapa mereka melalui video call. Kami bisa ngobrol rame-rame, bertukar cerita rame-rame, tanpa harus meninggalkan rumah.
Sebenarnya pergi mudik dari kota ke kota memang menyenangkan, karena bisa sekalian travelling dan wisata kuliner. Tapi ternyata tidak pergi kemana-mana dan memiliki banyak waktu luang ternyata juga menyenangkan. Apalagi untuk introvert seperti saya. Rasanya seperti hidup kembali.
Punya banyak waktu = bisa berkontemplasi
Biasanya, durasi liburan lebaran itu cukup panjang. Pada kondisi normal, tanpa pandemi, liburan dan cuti bersama biasanya mencapai 1 mingguan. Walaupun kelihatan panjang, tapi buat saya biasanya hanya terasa seperti satu hari libur saja. Karena sebagian besar waktu habis di jalan, dari kota ke kota. Satu hari itu pun hanya habis untuk istirahat pasca mudik.
Walaupun tahun ini saya cuma punya libur 4 hari (tanpa cuti bersama, jadi cuma 2 hari lebaran dan Sabtu-Minggu), tapi kali ini saya cuma #dirumahaja. Silaturahmi selesai cepat dengan video call dalam 1 hari, saya jadi punya waktu libur yang lumayan panjang, 3 hari.
Dengan waktu yang panjang ini saya jadi bisa berkontemplasi. Melihat satu persatu hal-hal yang musti disyukuri. Merenungkan kembali hal-hal yang perlu diperbaiki ke depannya. Apalagi ada beberapa problem yang sempat mencuat.
Dan, jangan hanya memaafkan orang lain juga, sempatkanlah untuk memaafkan diri sendiri. Untuk segala kegagalan, hambatan, hingga penyesalan yang hadir, hapuskanlah dengan memaafkan diri sendiri.
Lebaran yang lebih personal
Karena punya banyak waktu, selain bisa berkontemplasi, merenung, saya juga bisa sambil berkarya, termasuk nge-blog hehehe.
Saya juga jadi punya me time yang bisa saya habiskan untuk sekedar ngemil hampers, baca buku, skin-care-an, sampe karaokean di rumah.
Saya juga punya banyak waktu untuk beberes rumah, bantu ortu untuk bersihin rumah, sampai memandikan kucing dan membersihkan kandangnya.
Kami sekeluarga juga sepakat untuk ngga kemana-mana (di keluarga juga ngga ada anak-anak yang haus liburan btw), ngga berusaha mencari hiburan ke luar rumah. Karena kami percaya bahwa kami sedang menjaga satu sama lain dari pandemi.
Entah kenapa saya malah jadi merasa lebaran ini bener-bener lebaran lahir dan batin. Berbeda dengan lebaran-lebaran sebelumnya yang entah kenapa kadang terasa seremonial, lebaran tahun ini bener-bener terasa dari dalam diri sendiri.
Merayakan hari lebaran secara online dan jarak jauh tentu tidak ideal. Tapi kita tetap bisa memaknainya. Bagi saya, lebaran ini seperti hadiah bagi jiwa introvert saya. Dan ini bener-bener seperti me-recharge semangat saya.
Walaupun saya yakin buat sebagian besar orang akan berbeda maknanya. Apapun itu, jangan sampai kita merasa kehilangan makna hari raya ini hanya karena ngga bisa mudik, ngga bisa jalan-jalan, ngga bisa silaturahmi, dan sebagainya. Mari memaknai hari lebaran dengan cara kita.
Bagaimana makna hari lebaran di tengah pandemi buat temen-temen?
0 Komentar