Cara Membuang Sampah di Jepang: Tips for First-timer


Kota Kobe yang modern, dan lingkungannya yang rapi, tertata, dan (tentu saja) bersih!
 Dalam posting kali ini saya ingin sekali membagikan cerita ini dan berharap temen2 di Indonesia akan terinspirasi dengan posting ini. Sejak saya datang pertama kali di Jepang, saya selalu penasaran tentang hal ini. Dan semakin saya mengetahui, saya semakin kagum! Apakah gerangan?

As we all know, Jepang adalah salah satu negara terbersih di dunia. Bahkan, Jepang lebih bersih dibanding negara-negara maju lainnya seperti di Eropa apalagi Amerika. Dijajaran negara asia, mungkin hanya Singapore yang bisa dijajarkan dengan Jepang. Awalnya saya ragu bahwa Jepang sebersih itu, nyatanya, di Jepang ngga hanya bersih, tapi juga rapi dan teratur. Benar-benar menyenangkan dan sangat nyaman untuk ditinggali!

Sungai di tengah kota yang sangat bersih, dengan bantalan sungai yang bersih dan sangat nyaman untuk jalan-jalan sore.
Jalan utama pertokoan di Sannomiya, tetap bersih dan rapi setelah jam operasional berakhir.

Asal tahu saja, lingkungan yang bersih, rapi dan teratur ini bukan dikendalikan oleh pemerintah lho, bukan juga dari kehebatan dan keampuhan pasukan kebersihan wilayah, melainkan datang dari kepedulian, kesadaran dan kedisplinan masyarakatnya. Lain dengan Singapore yang punya sistem denda yang begitu mahal untuk menjaga lingkungannya, di Jepang, warga negaranya sadar betul tentang menjaga lingkungan, sehingga tidak ada yang namanya polisi kebersihan. Pemerintah tidak memberlakukan sanksi, hanya menerapkan aturan tentang garbage disposal yang sangat jelas dan terstruktur. Mau tahu seperti apa? Simak disini:

Sistem pengolahan sampah di Jepang sangat rapi dan terstruktur. Pemerintah Jepang memberlakukan aturan dalam memisahkan dan membuang sampah yang bisa berbeda-beda di tiap daerah, namun umumnya memiliki garis besar aturan yang sama, seperti berikut ini:

SISTEM PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA

Bagaimana aturan membuang sampah dalam rumah tangga di Jepang?

Rumah tangga adalah salah satu produsen sampah terbesar, sehingga perlu aturan untuk mengelola sampah ini. Dan bukan Jepang namanya kalo ngga teratur. Pembuangan sampah rumah tangga di negara ini tidak bisa sembarangan, sampah harus dikelompokkan sesuai jenisnya dan dimasukkan ke plastik khusus sebelum dibuang. Pengelompokkan jenis sampah ini bisa berbeda-beda untuk tiap kota/wilayah, namun umumnya hampir sama. Misalnya di kota Kobe, sampah dikelompokkan sebagai berikut:

1. Sampah yang bisa terbakar
Sampah yang bisa terbakar dimasukkan ke dalam plastik warna biru atau berlabel biru untuk wilayah tempat saya tinggal. Biasanya isinya sampah rumah tangga. Termasuk di dalamnya adalah sampah organik, kertas, plastik yang kotor dengan sisa makanan, dsb.

2. Sampah plastik: termasuk tutup botol pet, plastic tray, plastic ware, botol wadah produk dsb
Sampah plastik kantungnya warna transparan berlabel oranye. Yang termasuk sampah plastik adalah botol plastik, tray, alat yang terbuat dari plastik, dan plastik-plastik yang sifatnya bersih (kalo ada sisa makanan, atau kotoran, masuk ke golongan sampah terbakar). Karena isinya plastik-plastik yang bersih, sampah ini tidak menimbulkan bau biasanya, walaupun ditimbun cukup lama. Saya sendiri buang sampah plastik ini bisa sebulan hanya sekali (maklum, single), tapi tidak pernah berbau.

3. Sampah tidak bisa terbakar: termasuk metal seperti panci, botol spray dsb
Sampah tidak terbakar: ada tongkat pel, rak besi kecil, panci, mangkuk, mainan beroda, dsb. Dibuang dengan cara dimasukkan ke plastik khusus sampah tidak terbakar. Untuk barang tidak terbakar yang besar, yang tidak bisa masuk ke dalam plastik khusus (misalnya mesin/alat yg dimensinya agak besar), maka pembuangannya dengan cara yang berbeda, karena termasuk sampah besar. Baca di segmen berikutnya.

4. Sampah botol dan kaleng
Cara membuang sampah botol dan kaleng. Botol dibuka (tutupnya termasuk sampah plastik), labelnya di buang terpisah (masuk sampah plastik), isi botol dibersihkan terlebih dahulu sebelum dimasukkan ke kantong sampah untuk sampah pet bottle and can. Untuk sampah kaleng, sama aturannya. Idealnya, botol dan kaleng diremas, untuk mengurangi volume, tapi karena saya lemah (a.k.a malas), jadi ya begini saja. So far, tidak masalah asal botol bersih dan rapi semacam ini. Dengan pembuangan semacam ini, sampahnya jadi tidak menimbulkan bau

Ada jadwal membuang sampah ya di Jepang?

Yes. Masing-masing kelompok sampah ini tidak bisa dibuang begitu saja, harus sesuai dengan jadwal. Misalnya, di kota Kobe, di wilayah saya, sampah bisa terbakar dibuang hari Selasa dan Jumat, sampah plastik pada hari Senin, sampah tidak terbakar pada hari kamis setiap minggu kedua dan keempat, serta sampah botol dan kaleng pada hari Rabu. Sampah harus dimasukkan plastik khusus dan dibuang di lokasi pembuangan sampah tertentu, yang ada di setiap blok pemukiman.
Salah satu titik pembuangan sampah didekat apato saya. Titik pembuangan sampah selalu dilengkapi dengan jaring-jaring, fungsinya untuk mencegah supaya sampah tidak dikoyak oleh hewan liar seperti gagak. Di titik tersebut selalu dilengkapi papan yang menuliskan jadwal dan jam pembuangan sampah (panah warna merah)
Titik pembuangan sampah di Jepang selalu terjaga kebersihannya. Tidak ada bau atau kotoran. Dan tidak ada orang membuang sampah jika bukan di jadwalnya. Amazing, kan?
Jadwal buang sampah untuk bulan 10 (Oktober). Setiap tanggal ada penjelasan jenis sampah yang akan diangkut hari itu.

Tidak hanya soal hari, jam pengambilan sampah pun diatur, sampah boleh diletakkan di lokasi pembuangan sampah mulai dari jam 5 pagi hingga jam 8 malam. Kenapa harus di jam ini? Sebab kalau kita meletakkan sampah ini jauh dari jam penjemputan, ada resiko sampah akan dibongkar hewan liar (terutama gagak!) yang akhirnya akan mengotori lokasi pembuangan. Apalagi kalau sampahnya sampah dapur, hewan liar akan mengoyak sehingga isi kantung sampah akan semburat keluar dan mengotori sekitar, dan yang pasti bakal bau! Petugas truk sampah akan mulai berkeliling dari jam 8, rutenya bisa berubah-rubah. Kadang truk sampah datang ke lokasi saya jam 9 (jadi jam 8.30 masih bisa "nitip" sampah), tapi tidak jarang jam 8 tet petugas sudah mengangkut sampah dari tempat pembuangan di wilayah saya. Untuk itu, sampah harus diletakkan sebelum waktu angkutnya. Selain itu, karena lokasi pembuangan sampah bukan semacam tong sampah besar, maka jika kita meletakkan tidak pada waktunya, tentu akan mengganggu pemandangan.

Apa yang terjadi jika kita tidak mengikuti aturan?

Bila kita meletakkan sampah tidak sesuai harinya, atau tidak sesuai dengan kantung sampahnya, maka sampah tidak akan diambil oleh petugas sampah. Dan bila itu terjadi dan diketahui oleh warga sekitar, maka tidak jarang ada warga yang akan memberikan social punishment, mulai dari teguran tertulis, hingga tuduhan yang membuat kita tidak nyaman. Dan ini berlaku lho untuk orang asing sekalipun!
Ibu ini bukan petugas sampah lho, beliau tinggal di daerah tempat saya tinggal. Beliau dan beberapa ibu lain bergiliran membersihkan tempat pembuangan sampah di wilayah kami setiap sampah selesai diangkut oleh petugas. Dalam foto ini, ada orang yang salah jadwal membuang sampah kaleng di hari sampah terbakar. Akibatnya, sampah tidak diangkut. Coba, bayangkan bagaimana perasaan si ibu? Buat yang ketahuan begini, sudah pasti akan ditegur!

Susah ngga sih memilah sampah?

Well, di Jepang, kesadaran soal sampah sudah sangat terbangun dari segala aspek, sehingga produsen sebuah produk pun senantiasa memikirkan sisa dari produk tersebut. Misalnya jika kita membeli makanan kotak (bento), maka di tutup bentonya akan dituliskan bahan baku kotak bento tersebut dan dimana kita bisa membuangnya. Termasuk produk-produk seperti shampoo, pembersih piring, kecap, dsb maka disampul produk tersebut selalu dituliskan jenis bahan baku botolnya dan dimana kita bisa membuangnya, apakah termasuk sampah plastik atau sampah tidak terbakar. So, sama sekali ngga sulit untuk memilah sampah sesuai dengan jenis bahannya!

Kotak susu terbuat dari karton termasuk sampah recycle, logonya tergambar di bagian samping si kotak susu (kotak pink).
Sama halnya seperti kotak karton lainnya, termasuk sampah recycle (kotak kuning)

Satu botol bumbu ini, ternyata sampahnya harus dibuang di beberapa tempat yang berbeda lho. Yang di dalam kotak merah, tertulis bahwa pembungkus plastik luar (segel plastik ketika kita baru beli) itu termasuk sampah plastik, kotak biru tertulis bahwa labelnya termasuk sampah recycle, sementara badan botolnya yang berupa gelas, masuk ke sampah botol pet dan botol kaca, bersama dengan tutupnya (tulisannya tertera dibagian paling bawah, yg tertutup warna merah dan biru) 
Sama-sama botol plastik, tapi tempat pembuangannya berbeda. Sebelah kiri, botol minuman bersoda, termasuk sampah botol PET (panah biru), sementara label dan cap-nya termasuk sampah plastik (tertulis dibagian bawah). Sementara dua botol lainnya, baik botol dan cap-nya termasuk ke dalam sampah plastik (panah merah)



SISTEM PENGELOLAAN SAMPAH BESAR

Aturan yang saya jelaskan diatas tadi adalah aturan untuk sampah rumah tangga. Meskipun microwave dan kulkas adalah alat rumah tangga, tapi proses pembuangannya berbeda lho.

Untuk benda yang besar dan (sudah pasti) tidak muat dalam kantung plastik sampah yang spesifik, maka cara pembuangannya berbeda. Pertama-tama, kita harus memembeli stiker khusus pembuangan sampah besar yang harganya tidak murah (yep, buang sampah harus bayar lho! meskipun sudah menjadi sampah, tetapi tetap tanggungjawab kita!). Stiker tersebut harus kita tempelkan di barang yang akan dibuang. Kemudian kita menghubungi pusat pembuangan sampah besar diwilayah kita, bahwa kita hendak membuang sesuatu. Hal ini penting, supaya sampah besar kita ini akan dijemput. Selanjutnya, kita mengangkat sendiri barang tersebut ke lokasi pembuangan terdekat rumah kita. Ada cara lain juga, kita bisa membawa sendiri sampah besar kita ke kantor pembuangan sampah besar terdekat. Dengan begini, dengar-dengar kita bisa menghemat biaya transport barangnya.

Panah merah: sticker bukti pembayaran untuk pembuangan sampah besar.
Sticker tersebut bisa kita beli di tempat tertentu, dengan mengeluarkan biaya sesuai dengan dimensi barang yang akan dibuang. Setelah menempel sticker, selanjutnya kita harus menelepon pelayanan pembuangan sampah besar, dan janjian kapan barang akan diangkut. Setelah ada jadwal jelas, tinggal menempel sticker dan mengangkut barangnya ke titik penjemputan sampah terdekat.

Itulah sebabnya mengapa tidak jarang orang asing yang tinggal di Jepang menghibahkan barang2 elektronik dan barang2 besar milik mereka sebelum pulang ke negaranya. Karena lebih baik kita menghibahkan atau menjual dengan harga murah, dibanding harus membayar biaya pembuangan sampah yang sebenarnya tidak murah!

SISTEM PENGELOLAAN SAMPAH DI TEMPAT UMUM

Pertanyaannya, lalu bagaimana dengan sampah di tempat umum? 
Tempat umum misalnya seperti stasiun kereta api biasanya selalu menyediakan tempat sampah yang terbagi menurut jenis sampahnya. Jadi, sebelum membuang jangan lupa untuk memisahkan menurut jenis sampahnya masing-masing.
Tempat sampah yang ada di stasiun JR Motomachi, Kobe. Yang kuning untuk pet bottle, yang biru untuk botol kaca dan kaleng, yang merah untuk sampa-sampah terbakar, sementara yang hijau khusus untuk sampah kertas semacam koran, brosur, atau buku

Sementara di sekitar vending machine, biasanya disediakan tong sampah khusus untuk kaleng dan pet bottle.

SISTEM PENGELOLAAN SAMPAH DAUR ULANG

Perlu diketahui, sampah kertas merupakan sampah yang bernilai. Meskipun dia termasuk sampah terbakar, namun pembuangannya seringkali dibedakan. Ada yg namanya pembuangan sampah daur ulang. Yang termasuk didalamnya antara lain: buku, koran, kantong kertas, kardus, dan semacamnya. Untuk sampah yang ini, kebijakannya berbeda-beda untuk tiap wilayah. Di wilayah saya, sampah semacam ini dijemput hari senin 2 minggu sekali. Pembuangannya tidak membutuhkan plastik khusus, cukup diikat jadi satu atau dimasukkan kedalam kantong kertas. Kardus yang besar biasanya harus dibongkar dan diikat jadi satu.
Sampah daur ulang yang terdiri dari cardbox, koran, kertas-kertas, buku, yang dirapikan di dalam kantong kertas dan diletakkan di lokasi pembuangan sampah. Untuk Cardbox biasanya diikat tali. Tujuannya supaya memudahkan petugas dalam mengangkut sampah, dan supaya selalu terlihat rapi
Di beberapa daerah, terutama rumah (bukan apato) biasanya sampah daur ulang cukup diletakkan didepan pagar rumah, tidak perlu di"setor" ke tempat pembuangan sampah.

Sampah daur ulang yang diletakkan di depan rumah-rumah

Pengelolaan sampah daur ulang biasanya sesuai dengan kebijakan grup daur ulang di wilayah masing2. Sebab sampah daur ulang ini bisa menghasilkan uang lho. Di wilayah saya, uang hasil pengelolaan sampah daur ulang ini akan dikumpulkan dan digunakan untuk membiayai kegiatan di wilayah kami, misalnya untuk festival-festival di wilayah kami.
Jumlah uang yang terkumpul dari pengangkutan cardbox dan buku/majalah/koran serta dari baju-baju bekas untuk bulan 6-8 (Juni-Agustus 2017) terpampang disini
Informasi soal penggolongan sampah, jadwal pengambilan sampah, jumlah uang yang terkumpul dan kegiatan masyarakat semuanya terangkum dalam lembaran besar berukuran A3 yang dikirim ke rumah masing-masing orang di wilayah tempat tinggal saya. 


So, gimana? REMPONG BANGET??
Yes, aturan2 soal sampah ini emang rempong banget. Tapi saya heran dengan warga Jepang yang sangat patuh dan sangat teratur. Rupanya, kebiasaan seperti ini sudah dididik dan ditanamkan sejak usia dini, untuk selalu patuh aturan dan peduli lingkungan.

Salah satu nilai penting yang diajarkan ketika anak-anak masih kecil di Jepang adalah soal tanggungjawab. Bahwa segala sesuatu yang kita lakukan akan ada konsekuensinya dan kita harus siap bertanggungjawab, termasuk dalam hal sampah. Sebab sampah tercipta karena tindakan kita, maka kita harus bertanggungjawab terhadapnya.

Buat mereka, lebih baik mengotori tas atau saku sendiri, ketimbang merepotkan dan mengganggu orang lain karena sampah yang kita buang.

Trus apa sih untungnya berempong2 begini?

Ini untungnya,
Lingkungan yang sehat, bersih dan teratur untuk anak cucu kita nanti!

Buat orang Jepang, hal seperti ini memang rempong, tapi prinsip hidup mereka selalu mengedepankan kepentingan bersama, termasuk dalam hal menjaga lingkungan untuk kebaikan bersama.

Masih belum terlambat untuk kita belajar seperti ini. Memang sulit, mengingat 98% manusia di Indonesia sudah terbiasa dengan membuang sampah seenak udel. Tapi kalo bukan dari kita, dari anak-anak dan cucu kita, maka dari siapa lagi? Guru yang paling baik adalah lingkungan terdekat kita, so, ayo mulai dari sekarang, demi masa depan yang (sedikit) lebih baik!


Posting Komentar

0 Komentar