Belajar PERCAYA DIRI dari seseorang yang TIDAK PERCAYA DIRI


Salam super!

Mumpung beberapa hari ini pekerjaan harus di pending akibat sel belum siap, sekarang saya mau berbagi pengalaman dan curhat tentang RASA PERCAYA DIRI atau CONFIDENCE.

Beberapa hari yang lalu saya habis menghadiri konferensi dengan kaliber cukup besar di Yokohama, Jepang. Saya kebetulan mengisi salah satu sesi presentasi untuk memaparkan hasil penelitian saya. Saya sudah mengirim abstrak untuk konferensi ini sejak 6 bulan sebelumnya, dan sudah mengetahui bahwa saya menjadi salah satu pengisi sesi presentasi oral sejak 3 bulan sebelumnya. Saya punya banyak sekali waktu untuk mempersiapkan. Tapi tetep aja, seminggu sebelum hari H, saya mulai mengalami yang namanya mimpi buruk, ansietas berlebihan, hingga menimbulkan disfungsi pada saluran pencernaan saya! Parah banget! Padahal ini "hanya" presentasi oral, bukan kompetisi atau semacamnya. Kenapa saya sebegitu takut?

Mundur kebelakang. Sewaktu S1, saya senang sekali yang namanya "tampil" di panggung, terutama di panggung dance. Saya yang tergabung dalam suatu grup dance acap kali tampil di berbagai macam acara dan kompetisi yang penontonnya ratusan. Tapi, saya tidak pernah sekalipun merasa ketakutan sampe terbawa mimpi. Walaupun yang namanya demam panggung tetap terjadi. Kenapa saya tidak takut?
Prestasi terakhir sewaktu masih tergabung grup dance jaman kuliah. Tebak, yang mana saya???

Mundur kebelakang lagi. Sewaktu SMA dan SMP saya sering sekali ikut kompetisi, seleksi, dan semacamnya, dan saya selalu gagal pada tahap terakhir, hanya karena saya ketakutan ketika orang bertanya kepada saya. Kenapa saya begitu takut tidak bisa menjawab?

Setelah menganalisa, saya jadi paham apa yang menjadi ketakutan saya. SAYA TAKUT MENJADI DIRI SENDIRI, alias saya tidak percaya diri.

Mengejutkan?
Ketika di panggung dance, saya memakai makeup dan pakaian yang "tidak menyerupai" saya, sehingga saya merasa aman bersembunyi dibalik "karakter" penari yang saya tampilkan di panggung. Tapi ketika berada di acara semacam kompetisi, seleksi, konferensi, saya tidak punya pilihan lain selain menjadi diri sendiri.

Ternyata, ketika menjadi diri sendiri, saya sering kali berpikir berlebihan atau "overthinking" misalnya ketika konferensi, saya merasa takut jika orang tidak suka dengan penelitian saya, tidak setuju dengan hasil saya, takut jika orang menanyakan sesuatu yang saya tidak tahu, padahal dalam forum seperti itu adalah wajar jika orang lain punya opini yang lain tentang penelitian kita, atau mereka punya pertanyaan yang ternyata "berada diluar scope penelitian kita". Dan ini banyak terjadi diantara orang-orang yang melankolis-perfeksionis seperti saya.


Mundur kebelakang lagi. Saya ingat mama saya sering menawarkan saya untuk ikut kompetisi presenter, publik speaking, dan lainnya. Mungkin karena mama saya melihat saya begitu nyaman "menjadi orang lain" di panggung. Dan mungkin mama saya menyadari bahwa diluar lingkungan itu saya sangat pendiam dan tidak berani bicara, bahkan kepada saudara (bukan kandung) sekalipun! Kenapa saya begitu takut?

Sejauh yang saya bisa mengingat, ternyata saya memiliki ketakutan menjadi diri sendiri karena sewaktu kecil, banyak orang sering berkata kepada saya "kamu jangan begitu", "kamu ngga boleh ngomong begitu", "Kok kamu kayak gitu sih", yang ternyata sangat terpatri di kepala saya sehingga saya takut menjadi diri sendiri. Lebih baik menjadi sosok yang "orang lain inginkan" dibanding menjadi "diri sendiri". Yang dimana justru itu fatal, karena membuat kita jadi rendah diri.

Dari pengalaman ini, saya berharap para ayah dan bunda muda yang baru punya anak-anak kecil bisa bijak dalam memupuk rasa percaya diri anak. Percaya diri bukan semata-mata si anak ini bisa tampil diatas panggung saja lho, nyatanya ada anak-anak seperti saya yang bisa tampil diatas panggung lantaran merasa nyaman menjadi orang lain. Ketika anak-anak ini bisa berinteraksi dengan sesamanya, dengan saudara-saudaranya, dengan orang yang lebih tua dengan baik, maka inilah percaya diri anak-anak. Ketika anak-anak ini aktif di kelasnya, aktif diantara teman-temannya, dan memiliki mimpi dan cita-cita yang jelas, maka inilah percaya diri. Dan anak akan lebih cepat dalam belajar ketika mereka memiliki kepercayaan diri yang baik.

Ada baiknya jika ayah dan bunda muda untuk tidak mudah men-judge anak untuk "jangan lakukan begini", atau "jangan ngomong begitu", atau "kamu itu harusnya begini lho". Perbanyak komunikasi dan pahami kenapa si anak ini melakukan hal-hal yang menurut ayah-bunda kurang pantas, dibanding langsung mengatakan "jangan". Bahkan saya sendiri dewasa ini masih sering merasakan "trauma verbal" dari kata-kata yang seperti itu dan pernah saya curhatkan di blog ini sebelumnya (gunakan mobile version untuk baca postingan ini, karena di web version-nya ngga bisa muncul postingannya ^^;)

Seseorang yang percaya diri adalah seseorang yang merasa nyaman menjadi dirinya dan mengekspresikan dirinya.  Dia tidak takut bertanya, tidak takut ditanya (karena khawatir tidak bisa menjawab), dan tidak takut untuk mengutarakan pendapatnya. Sebab orang yang percaya diri tahu betul dirinya, sehingga tidak ada rasa bersalah jika dia menjawab pertanyaan atau mengutarakan pendapat. Ini yang kalo dalam istilahnya bule sebutannya, feeling comfortable in your own skin.

Begitu pula dalam menerima respond dari orang lain, orang yang percaya diri adalah orang yang siap menerima kritik, tidak mudah tersulut, dan tidak mudah terpengaruh. Kalo orang itu selalu marah tiap di kritik, artinya dia tidak yakin terhadap dirinya sendiri, dia tidak percaya bahwa dirinya punya kekurangan, which is wrong because everybody has flaw. Apalagi yang mudah terpengaruh, sudah pasti dia tidak yakin dengan dirinya sendiri sehingga cenderung mengikuti orang lain, seperti saya dulu.

Dan orang yang percaya diri tidak tumbuh begitu saja, melainkan dibentuk dari lingkungannya. Coba tengok lagi lingkungan dari teman-teman kita yang percaya diri banget, yang sukses, atau coba lihat publik figur yang menjadi panutan kita. Bagaimana lingkungan memupuk kepercayaan diri si publik figur tadi? Yang terpenting lagi adalah rasa percaya diri itu PERLU DIPUPUK SEJAK DINI.


Nah, buat temen-temen yang mulai menyadari bahwa dirinya KURANG PERCAYA DIRI atau punya masalah dengan self-esteem, jangan khawatir. Tidak pernah ada kata terlambat untuk memperbaiki diri

Step pertama adalah dengan acceptance atau menerima.

Ketakutan itu akan tetap ada, tapi dengan menyadari kekurangan dan menerima kekurangan kita, termasuk kekurangan kita bahwa kita adalah makhluk dengan low self-esteem, kita bisa mulai memupuk rasa percaya pada diri kita bahwa kita memang bukan sosok yang sempurna (dan tidak ada yang lebih sempurna dibanding Allah swt.) dan kita bisa fokus ke hal lain yang bisa menjadi kelebihan kita, dibandingkan harus terus-menerus menyalahkan diri kita sendiri karena kita tidak bisa se-PD orang lain.

Step berikutnya adalah membiasakan diri.

Kita harus membiasakan diri dengan bermacam ketakutan dan kekhawatiran karena low self-esteem kita. Dengan terbiasa, maka perlahan-lahan kita akan menemukan strategi untuk mengalahkan rasa ketakutan itu. Buat saya, butuh waktu sekitar 2 minggu untuk meyakinkan diri dan akhirnya mengalahkan ketakutan saya sendiri ketika harus presentasi oral. Lama memang, tapi segala sesuatu butuh proses, dan kita harus meyakini proses itu juga.

Step terakhir adalah don't let the past haunt you.

Jangan biarkan kegagalan dan masalah di masa lampau menghantui kita. Yang sudah lalu biarlah berlalu. Berhenti menyalahkan diri sendiri dan move on.


Kira-kira itu strategi singkat yang (masih) saya terapkan untuk memperbaiki self-esteem atau rasa percaya diri saya. Diluar rasa percaya diri, masih ada hal-hal yang perlu diperbaiki, seperti sifat perfeksionis, sifat "overthinking" dan sebagainya. Tapi ingat, kalo memperbaiki diri sendiri, kita harus berprinsip one step at a time. Alon-alon asal kelakon. Jadi, kali ini saya harus memberi hadiah kepada diri saya sendiri karena sudah mengalahkan ketakutan saya sendiri, selanjutnya baru mulai merengkuh ke ranah yang lain. Dan rasa percaya diri adalah fundamental di berbagai aspek kehidupan, jadi, tidak ada salahnya untuk memulai dari sini.

Oh iya, sekali lagi disini saya ingin menekankan untuk jangan mudah men-judge orang lain ya. Kadang orang yang kelihatan PD dan asik dipanggung, atau di medsos, belum tentu begitu dalam kehidupan nyata. Karena ada yang namanya persona apalagi diatas panggung--termasuk panggung medsos (bisa lihat di highlight instagram saya @indyrns dibawah tag "Thoughts" tentang persona atau alter-ego).

Semua yang teman-teman baca disini saya tulis berdasarkan pengalaman pribadi ya, belum pake evidence based. Semoga bisa membuka wawasan kita semua tentang rasa percaya diri.

So, siap untuk menjadi pribadi yang percaya diri???

A photo by Adam Prabata (instagram: @adamprabata)

Posting Komentar

0 Komentar