Souvenir, Dekorasi, dan Tetek Bengek Menikah di Jepang: Wedding DIY [Eps.6]


Alright!
Udah cukup panjang seri Wedding DIY, sekarang kita sudah memasuki episode terakhir, dimana saya curcol ke bagian yang paling least priority seperti souvenir, dekorasi dan tetek bengek menikah ala Jepang! Kayak apa sih souvenir nikah ala Jepang, dekorasi, dan persiapan pamungkas lainnya? Simak yuk!

Souvenir Menikah ala Jepang!

Kalo di Indonesia, biasanya pasangan mempelai memilih souvenir yang mereka suka dan sesuai budget kemudian di customize untuk dituliskan inisial atau tanggal menikah supaya bisa menjadi kenang-kenangan bagi para tamu. Di Jepang, budayanya hampir mirip (kecuali bagian customize nama dan tanggal nikah, ngga ada!). Tapi, dewasa ini kebiasaan memberi souvenir pada tamu sudah berubah. Bukan mempelai yang menentukan "bentuk" souvenir-nya, tapi si tamu sendiri. Mempelai hanya menentukan budget-nya aja. Gimana caranya? Pake buku katalog souvenir atau yang disebut catalogue gift

Kayak apa itu catalogue gift?
Seperti katalog pada umumnya. Satu katalog memuat bermacam-macam barang, mulai dari alat masak, alat rumah tangga, tas, aksesoris, bahkan sampe ke voucher restoran atau voucher hiburan. Di dalam tiap catalogue gift akan dilengkapi dengan satu kartu pos, dimana kita bisa mengisikan pilihan barang yang kita inginkan dan mengirim kartu pos tersebut. Nah, barangnya akan dikirimkan ke alamat kita. Praktis kan?

catalogue gift
Buku katalog biasanya dibungkus seperti gambar kiri, dan kemudian dibungkus dengan kertas kado (gambar kanan)


Dari sisi mempelai pun, catalogue gift ini bisa dibilang praktis. Karena kita cukup memilih catalogue gift sesuai dengan budget, ngga perlu lagi bingung memilih souvenir apa yang cocok. Catalogue gift ini ada berbagai macam harga, mulai dari 3000-4000¥ sampai ke harga 30.000¥ atau bahkan lebih. Item di dalam buku tersebut harganya mengikuti harga katalog, misalnya buku katalog harga 3800¥ maka item didalamnya rata-rata seharga 3000¥ (800¥ sebagai harga layanannya). Buku catalogue gift ini juga bisa dibeli dimana-mana, misalnya di department store.

catalogue gift amazon
Selain beli di department store, bisa juga beli online, misalnya di amazon

Dalam pernikahan saya pun, saya menggunakan katalog ini, karena praktis. Selain itu, karena tidak bisa mengadakan jamuan makan pada saat akad, saya juga memberikan oleh-oleh khas Kobe untuk para tamu yang semuanya orang Tokyo. Yang pasti, semuanya di dalam budget kami. 

Dekorasi Pernikahan ala Jepang

Satu hal yang harus diingat, yang namanya pernak-pernik pernikahan adalah komoditas di Jepang. Jadi segala sesuatu yang berbau "pernikahan" harganya pasti mahal. Termasuk dekorasi. Walaupun sama-sama dekorasi bunga, tapi kalo tujuannya untuk acara pernikahan, maka siap-siap budget, karena pasti mahal. Dan untuk memesan dekorasi untuk tujuan "pernikahan" juga ngga bisa mepet-mepet, minimal 2 minggu sebelumnya. 

Hal ini juga berlaku untuk buket bunga. Kalo itu untuk pernikahan, maka budgetnya minimal 25000¥ (~3 juta IDR). Tapi kalo kita mendesain sendiri atau membeli buket yang mirip (tapi bukan untuk tujuan "pernikahan"), maka kita bisa membeli lebih murah dan bahkan bisa membeli H-1 acara. 

Hal ini lah yang saya lakukan. Berhubung dekorasi tidak masuk prioritas saya, jadi persiapan dekorasi tergolong sangat mepet. H-7 baru saya memikirkan masalah dekorasi ini. Awalnya saya akan pesan di salah satu vendor di Tokyo yang menyediakan harga paling murah, sekitar 30.000-40.000¥ termasuk buket bunga, boutonniere (bunga yang dipasang di jas mempelai pria), dan bunga dekorasi meja menikah. Sayangnya, jam pengiriman bunga dengan rencana akad nikah tidak cocok, sehingga akhirnya saya batalkan.

bunga dekorasi pernikahan
Bunga dekorasi meja.
Karena meja akad-nya kecil dan banyak benda yang harus ditaruh diatasnya, bunga dekorasinya ngga bisa terlalu besar. Saya dan mama mertua memilih bunganya, kemudian kakak florist yang ganteng (sayang ngga ada fotonya) membantu merangkaikan jadi seperti ini. Biayanya hanya sekitar 6000-7000¥ (saya lupa persisnya)


Sebagai gantinya, saya membuat sendiri buket bunga, bunga dekorasi meja dan boutonniere. Hasilnya, saya bisa menghemat hingga 1/3 budget awal! Walaupun hasilnya cukup simpel. Yang penting, esensinya kan? 

buket bunga pernikahan
Wedding bouquet dan boutonniere yang bunganya saya pilih sendiri dan saya susun sendiri (dibantu dengan mba-mba florist yang ngga se-ahli mas-mas florist ganteng).

Untuk buket, saya tidak mau bentuk buket yang rounded, sehingga saya meminta mba florist untuk membiarkan tangkainya panjang. Beberapa jam sebelum akad, baru saya susun ulang sekaligus mengikat buket tersebut jadi satu. Bukan buket yang sempurna, tapi saya puas.

Transportasi dan akomodasi

Saya termasuk orang yang sangat beruntung. Transportasi dan akomodasi buat saya yang tinggal di Kobe dan harus ke Tokyo 2x (untuk mengurus surat pengantar dan untuk akad nikah) menjadi budget yang paling besar. Tetapi, saya hanya perlu mengeluarkan biaya 50% saja dari total biaya transportasi dan akomodasi, karena pemerintah Jepang sedang mengadakan kampanye Go To Travel dalam rangka menghidupkan pariwisata pasca gelombang kedua COVID-19. 

Dan saya merasa sangat beruntung, karena saya masih bisa menikmati promo tersebut ketika akad nikah pada 12 Desember 2020 lalu. Sebab seminggu setelah tanggal tersebut, pemerintah Jepang memutuskan untuk menghentikan kampanye Go To Travel tersebut karena meningkatnya kasus COVID-19 di Jepang yang lebih dahsyat daripada gelombang kedua. Sangat beruntung!

Sayangnya, karena gelombang ketiga, saya dan suami memutuskan untuk ngga melakukan honeymoon sama sekali. Sebaliknya, saya justru menikmati masa-masa honeymoon di rumah, bersama keluarga suami.

Tamu undangan

Karena jumlah hadirin yang dibatasi pada saat akad, akhirnya tamu undangan dibuat setelah semua perangkat akad dan keluarga terhitung. Totalnya ada 8 orang termasuk penghulu, mempelai, dan keluarga, sehingga saya hanya bisa mengundang 2 orang teman. 

Apa lagi ya?

Yah kira-kira begitulah kisah curhatan panjang persiapan pernikahan saya. Saya sendiri merasa puas. Karena cita-cita saya untuk punya pernikahan sederhana yang saya siapkan sendiri akhirnya terkabul. Semakin kemari, semakin saya merasa bahwa Tuhan itu bener-bener mendengarkan kita kok. Mulai dari keinginan untuk akad di Jepang, hingga selesai akad, bener-bener dilancarkan seperti yang didoakan setiap hari. Disitu saya amat sangat bersyukur. 

Keluargapun cukup puas. Walaupun awalnya agak tidak rela, tapi pada akhirnya mereka senang dan lega. Jadi ngga ada perasaan yang mengganjal. Apalagi kondisi Indonesia yang masih menutup perbatasan untuk orang asing membuat saya dan keluarga semakin lega pernikahan tersebut dilangsungkan di Jepang, sehingga tidak perlu menunda-nunda karena masalah visa.

Akhirnya, saya bisa move on dari perasaan-perasaan kala itu. Semoga seri wedding DIY saya ini bisa menjadi petunjuk dan penolong untuk teman-teman yang bernasib sama.

Kalo ada pertanyaan, silahkan langsung di komen ya!
Terimakasih sudah mendengarkan curhatan saya!

Posting Komentar

0 Komentar