Apa sih yang saya dapat dari sekolah S3?

Saya dulu pernah bimbang ketika akan menentukan langkah pasca internship. Sayangnya, waktu itu ngga ada orang yang bisa membimbing saya dalam hal memilih karir. Nah, sekarang saya ingin membantu teman-teman yang ingin S3, dengan membeberkan ke temen-temen apa saja sebenernya yang saya dapat dari sekolah S3! 

yang sya dapat dari sekolah S3

Sebelum temen-temen, terutama teman sejawat dokter, menentukan karir masa depan, ada baiknya teman-teman melihat dulu "ada apa di depan sana". Jujur saja, jenjang S3 itu sama sekali tidak mudah, tinggi stressor, dan memang bukan untuk semua orang. Tapi apa saja yang bisa kita dapat dari sekolah S3?

Yang jelas saya dapat dari sekolah S3: ilmu, pengalaman, dan gelar

Standar lah ya. Pasti dapetnya. Ilmu di bidang yang kita pelajari, pengalaman laboratorium, menulis hingga publikasi di jurnal kaliber tinggi, dan setelah semua kegilaan berakhir, kita akan "dihadiahi" gelar PhD. Walaupun ada juga yang mendapat ilmu dan pengalaman, tapi tidak mendapat gelar karena satu dan lain hal.

Kalau melihat konteks yang lebih luas lagi, menjalani pendidikan hingga jenjang S3 itu bisa merubah pola pikir atau mindset kita. Kalau kita biasanya suka berpikir ngga runtut, pendidikan S3 bikin kita belajar berpikir runtut. Selalu: latar belakang, masalah, metode pemecahan masalah, dan solusi. Begitu terus.

Ngga cuma bermanfaat dalam hal akademis, tapi juga bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari juga. Dalam menghadapi dan menyelesaikan masalah hidup juga. Sayangnya, ngga berguna buat adu mulut sama yang berpendidikan rendah. Termasuk Covidiot (no offense ya).

Buat yang berkesempatan menempuh pendidikan S3 di luar negeri, itu juga menjadi suatu pengalaman yang bermanfaat. Melihat bagaimana orang di belahan dunia lain hidup, merasakan menjadi minoritas, merasakan hidup tidak senyaman di kampung halaman ternyata membantu kita untuk bisa berkembang.

Tidak hanya itu, pengalaman berbaur dengan orang asing yang saya dapat dari sekolah S3 di luar negeri juga bisa membantu kita membuka wawasan dalam memandang suatu persoalan dan dalam mencari solusinya.

Bahkan buat saya, mengalami perjalanan pendidikan S3 yang keras, membuat saya jadi lebih sabar (walau lebih banyak sambat) dan lebih legowo. Lebih dewasa juga dalam menghadapi masalah. At least, otewe menuju dewasa lah. 

Dapat kenalan orang-orang hebat

Selama saya belajar di jenjang S3, saya banyak bertemu dengan orang-orang hebat di bidang saya, baik melalui seminar atau kunjungan-kunjungan. Tidak hanya itu, kami juga berkesempatan untuk berdiskusi, membuka wawasan.

Teman-teman, supervisor, bahkan sampai dosen tamu bisa membantu kita memperluas networking kita. Bahkan ketika kita sudah kembali ke Indonesia pun, kita bisa menjalin silaturahmi dan memperluas networking kita melalui mereka. 

Selain itu, percaya ngga percaya, teman-teman, senior, kenalan-kenalan yang waktu itu sama-sama menuntut ilmu di jenjang S3 biasanya nanti bakal jadi orang hebat. Jadi lumayanlah sudah nyicil punya temen orang hebat. Hehehe

yang saya dapat dari sekolah S3
Foto bareng orang-orang hebat dan calon orang hebat di tengah acara ilmiah


Sebenernya hampir sama sih seperti ketika kita bersekolah di sekolah top. Maka lingkungan kita pun adalah orang-orang yang top. Itulah yang saya rasakan ketika bergabung dengan grup alumni Universitas tempat saya studi. Ternyata isinya orang hebat semua! lol!

Di sisi lain seperti kasih pressure buat saya untuk jadi orang hebat juga sih. Tapi, for the time being, I just want to be myself. hehehe. Jadi orang biasa aja.

Nah, seperti yang pernah saya bahas sebelumnya soal melamar kerja, bahwa di jenjang yang lebih tinggi seperti S2, S3, spesialisasi, terkadang kita tidak mendapat pekerjaan dari lowongan pekerjaan, tapi justru dari referal atau dari rekomendasi seseorang yang kita kenal. Artinya, semakin bagus networking kita, akan semakin bagus posisi yang bisa kita secure.

Bayangkan jika grup alumni sekolahmu isinya, Bill Gates, Steve Jobs, mungkin kamu bisa bekerja di Microsoft atau di Apple!

Jadi jangan lupa, yang saya dapat dari sekolah S3 tidak hanya ilmu, tapi juga network. Yang mana itu penting buat dunia kerja tentunya.

Satu lagi yang terpenting, selesai S3 bukan berarti peluang kerja kita cuma jadi dosen aja lho. Dengan networking yang mantab, anda akan terkejut peluang apa saja yang sebenernya bisa kita raih.

Dapat menabung sampai bekerja sambil belajar

Untuk yang sekolah dengan beasiswa, ini jelas. Karena jenjang S3 begitu sibuknya sampai kita tidak punya banyak waktu untuk main-main. Akhirnya, alokasi dana hiburan dari beasiswa yang kita dapat tiap bulan sering bersisa. 

Tapi ngga cuma itu. Mengambil studi PhD di luar negeri memberi kita banyak kesempatan untuk bekerja sambil belajar. Tapi bukan sembarang kerja di kafe apa restoran ya. Misalnya kerja sebagai research assistant atau teaching assistant

Emang bisa? Bisa donk. Karena pekerjaan sebagai research/teaching assistant masih berhubungan dengan studi yang kita tempuh, jadi sama sekali ngga mengganggu waktu studi. Enaknya, walau status kita mahasiswa, tapi kita tetap dibayar secara profesional.

Sayangnya, saya kurang beruntung karena tidak bisa mendapatkan kesempatan bekerja selama studi saya. Jadi kalau ada uang tabungan, ya itu murni kompensasi untuk waktu saya yang penuh dihabiskan di lab. 

Well, tapi rejeki orang beda-beda, jadi jangan berpatokan sama yang ini. Banyak rejeki dalam bentuk lain yang saya dapat dari sekolah S3 saya kok!

Kapan lagi bisa bekerja sambil belajar di luar negeri kan ya.....

Dapat suami!

Hahaha, kalo yang ini situasional sih. Tapi yang sudah pernah baca postingan saya yang ini pasti tahu bahwa pertemuan saya dengan suami itu didasari oleh stressor yang didapat dari lab. Tapi sekali lagi, jangan dijadikan standar atau patokan tentang hal yang saya dapat dari sekolah S3 ya. 

Jujur aja kalau dulu waktu saya studi S3, kebanyakan senior-senior dan teman-teman seangkatan saya itu either sudah menikah atau sudah ada yang punya (orang Indonesianya ya maksudnya). Mungkin itu juga yang mendorong saya untuk kenalan dengan pribumi.

Tapi, dewasa ini justru lebih banyak temen-temen yang masih muda dan masih single yang langsung melanjutkan studi S2 atau S3 nya di luar negeri. Artinya, kesempatan bertemu orang-orang yang masih single sebenernya lebih besar sekarang ketimbang dulu.

Apalagi sekarang kesempatan untuk bersekolah dan bekerja di luar negeri terbuka untuk para muda-mudi juga, ngga hanya yang sudah dosen atau sudah PNS atau sudah pegawai tetap. Ngga sedikit kok senior sesama pelajar yang kemudian menikah setelah bertemu di perantauan.

yang saya dapat dari sekolah S3
Foto terakhir bersama dengan teman-teman pelajar Indonesia di Kobe sebelum pandemi.
Banyak yang masih muda-muda kan?

Well, ini cuma secuil gambaran aja tentang hal-hal yang saya rasa saya dapat dari sekolah S3. Sebenernya masih ada ribuan keuntungan lain, cuma kalo ditulis semua bakal jadi panjang banget.

Paling engga ke-empat poin ini bener-bener ngga bikin saya menyesal mengambil pendidikan S3 di Jepang. Walaupun perjalanannya sungguh berbatu-batu. Tapi yang didapatkan bisa dibilang setimpal.

Buat temen-temen dokter yang masih ragu pingin mengambil karir S2, S3 atau apapun, mungkin bisa baca di berbagai info di platform jadidokter.com juga, biar lebih diverse pandangannya. Buat temen-temen non-dokter yang pingin tanya-tanya boleh di komen, nanti saya carikan jawaban sebisa saya hehehe.

Menuntut ilmu setinggi-tingginya tidak akan pernah sia-sia. Akan selalu ada pelajaran yang kita dapatkan.

Buat temen-temen, terutama temen perempuan: Yuk mari sekolah lagi!




Posting Komentar

0 Komentar