Sepucuk Pesan Dokter Seputar Covid-19

nasihat dokter COVID-19


Sebenernya blog ini adalah blog personal, dan tidak merefleksikan profesi saya secara profesional. Tapi di tengah situasi yang "darurat" ini, ijinkan saya menyampaikan beberapa hal berdasarkan keilmuan saya. Yah, anggaplah ini sebuah "pesan dokter" seputar Covid-19. 

Boleh diambil manfaatnya, yang tidak bermanfaat boleh diacuhkan saja. Kita tidak perlu mendebatkan siapa yang paling benar ya. Ini berdasarkan keilmuan saya saja (yang pastinya bukan yang paling bener seantero dunia yak). Kalau dalam kedokteran, level evidence-nya adalah E, alias paling rendah.

Kalau dulu saya bahas soal case detection, baik di Indonesia maupun di negara lain, sekarang saya akan sedikit menuangkan pesan buat teman-teman yang "ndilalah"nya tidak enak badan, atau yang ternyata hasil swab menunjukkan positif. Ada beberapa hal yang biasanya saya sampaikan ke pasien:

Ingat pesan dokter: Jangan panik dan Jangan mendiagnosa sendiri

Panik tidak pernah membantu. Tenangkan diri dan langsung ke dokter saja. Tidak perlu konsultasi ke dukun, orang pinter, atau dokter hewan. Cukup dokter dan tenaga kesehatan. 

Ikuti saran dokter tentang kapan harus periksa swab dan bagaimana interpretasi hasilnya. Jangan mendiagnosa dan mengukur keparahan penyakit hanya dengan melihat hasil PCR apalagi mengacu pada angka CT-nya semata! Konsultasikan ke dokter, supaya kita ngerti interpretasi yang benar.

Begitu tahu kondisi sedang tidak sehat, ada riwayat kontak atau curiga Covid-19, langsung lakukan tindakan awal, isolasi. 

Lapor ke Satgas Covid-19 di wilayah kita/Puskesmas wilayah kita

Buat yang periksa ke saya dengan gejala yang mengarah Covid-19, saya selalu memberi pesan untuk  mereka ke puskesmas. Karena periksa ke puskesmas punya banyak manfaat: Tracing, Deteksi, Monitoring, dan Terapi juga.

Puskesmas itu berbeda dengan klinik. Puskesmas adalah layanan kesehatan pemerintah yang bekerja berdasarkan wilayah. Masalah kesehatan apapun yang terjadi di wilayah puskesmas itu, adalah urusan puskesmas. Dalam kondisi pandemi, penyakit itu bukan hanya masalah personal saja, tapi masalah wilayah juga. Jadi memang harus lapor ke puskesmas. 

Selain itu Puskesmas memiliki layanan swab GRATIS. Memang tidak semua puskesmas, puskesmas di pelosok mungkin ada yang tidak punya fasilitas ini atau punya tapi terbatas. Pengobatan juga sudah pasti bisa kita dapatkan di puskesmas juga, yang itu jauh lebih murah dibanding ke klinik. Karena kerjanya berdasarkan wilayah, puskesmas juga bisa membantu monitoring.

Tapi....seperti yang temen-temen ketahui, ngga cuma RS, Puskesmas pun sekarang repot sekali. Pasien naik drastis, belum lagi tugas mereka untuk tracing, deteksi, monitoring, terapi, dan juga vaksinasi, padahal dokter Puskesmas cuma sedikit. Maka dari itu dibuat Satgas (satuan tugas) Covid yang dibentuk di tiap-tiap wilayah (kalo di tempat saya ada satgas per RT) untuk membantu tugas wilayah Puskesmas. Walaupun Satgas sendiri sifatnya membantu tugas Puskesmas saja.

Makanya jangan lupa lapor puskesmas atau Satgas. Walaupun tugas mereka juga banyak dan kadang repot, but someone has to know what you are going through. Mau isoman sendiri dengan telemedicine pun tetap usahakan untuk lapor. Karena pandemi adalah masalah kesehatan publik, tidak cuma pribadi.

Buat yang bingung mau isoman tapi tempatnya ngga memungkinkan, konsultasikan juga ke Puskesmas/Satgas, supaya bisa diarahkan ke fasilitas/shelter isoman yang ada di wilayah masing-masing.

Jangan minum obat sendiri

"Lah, itu Kemenkes aja udah ngumumin obat-obatannya apa aja yang perlu diminum"
Well, pengumuman itu tidak menuliskan kontraindikasi pengobatannya apa, efek sampingnya apa, dan indikasi jelasnya apa. Apakah teman-teman yakin bahwa obat itu sesuai dengan kondisi temen-temen? Apakah efek sampingnya nanti bisa diterima oleh kondisi tubuh temen-temen? 

Sebelum minum obat, dokter pasti berpesan: HARUS KONSULTASI DOKTER. Bukan hanya untuk menilai indikasi saja, tapi juga untuk menilai apakah ada kondisi lain yang membuat teman-teman tidak bisa meminum obat yang untuk orang lain mungkin tidak apa-apa mengkonsumsi. Ingat, tiap orang punya kondisi yang berbeda.

Selain itu, respon tiap orang terhadap pengobatan bisa berbeda-beda. Salah satu fungsi dari konsultasi ke dokter adalah fungsi MONITORING juga. Siapa tau ada obat-obatan yang setelah beberapa kali minum malah ngga cocok dengan kita. Ingat, setiap orang respon tubuhnya bisa berbeda.

Apalagi pengobatan penyakit yang tergolong "baru" seperti Covid-19 ini sangat dinamis. Karena BELUM ADA OBAT YANG EFEKTIF MELAWAN COVID-19. Jadi, rekomendasi obat-obatan bisa berubah-rubah sesuai dengan evidence, dengan bukti penelitian terbaru. 

"Kenapa sih harus nurut sama hasil penelitian? Katanya si X minum obat A bisa sembuh kok"
Sekali lagi ingat, tiap orang itu berbeda kondisinya, berbeda pula respon terhadap obat-obatan. Nah, penelitian itu biasanya mencoba suatu obat dan melihat responnya ke BANYAK JENIS ORANG. Nanti mereka menyimpulkan apakah orang-orang yang banyak dan beragam itu sama-sama memberikan respon positif terhadap obat tersebut.

Yang namanya obat, sejatinya adalah zat kimia asing. Dia punya efek baik, tapi juga kadang menimbulkan efek samping. Kalau ternyata efek yang kita dapatkan tidak bermakna, buat apa kita memasukkan zat kimia ke dalam tubuh. Inilah yang dijawab oleh penelitian, apakah suatu obat itu BENEFITnya LEBIH BANYAK, atau lebih banyak mudharotnya jika diminum oleh BANYAK ORANG??

Jadi, MANUT SAMA DOKTER ya. Kalau menurut saya pribadi, sesuai dengan bukti yang dipaparkan berbagai studi yang dirangkum disini, penggunaan antibiotik dan antivirus pada pasien Covid-19 dengan gejala ringan tidak banyak bermanfaat. Jadi ngga perlu nimbun obat gengs. Tanyalah pada dokter, kapan dan obat apa yang saya harus minum. Karena salah obat dan salah timing bisa berakibat fatal.

Bagaimana dengan vitamin?
Tetap harus sesuai dengan anjuran dokter. Jangan konsumsi secara berlebihan. Karena tubuh yang sehat tidak memerlukan terlalu banyak vitamin, dan kita bisa mendapatkan vitamin dari makanan sehat sehari-hari.

Jika kita minum vitamin ketika tubuh tidak butuh "sebanyak itu", akhirnya vitamin itu hanya akan dibuang oleh tubuh melalui ginjal. Karena vitamin tidak bisa disimpan dalam tubuh seperti lemak atau gula. Kebayangkan betapa beratnya kerja ginjal untuk mengeluarkan vitamin yang berlebihan itu?

Kalo masih sehat, makanlah yang bergizi, tidak perlu menimbun vitamin. Biarlah teman-teman yang sedang sakit yang konsumsi. Biar vitamin ngga langka di pasaran yak. Tbh, belum ada bukti yang menunjukkan kalau vitamin dapat mencegah atau menyembuhkan spesifik Covid-19. Penggunaan vitamin didasarkan fungsinya dalam membantu sistem imun secara umum (bukan spesifik Covid-19).

Ini pesan dokter ya, bukan pesan sponsor.

Untuk yang isoman, monitoring itu PENTING

Paling ngga lakukan monitoring suhu, laju napas, saturasi oksigen, dan gejala. Cara paling mudah adalah dengan menulis jurnal monitoring seperti contoh yang ada di buku Protokol Isoman keluaran Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam berikut ini (tabel gejala ada di halaman akhir). Oiya, buku protokol isoman ini sangat praktis dan membantu, silahkan di download. 

Monitoring dan mencatat gejala juga akan memudahkan dokter untuk memonitor dan memastikan obat apa yang sebaiknya di minum. Karena terapi yang baik perlu diberikan pada waktu yang tepat. 

Selain monitoring, jurnal gejala itu akan memudahkan kita untuk melihat tanda bahaya (ada penjelasannya di buku itu juga). Begitu melihat tanda bahaya, kita bisa langsung mengambil tindakan.

Kalau merasa tidak punya alat-alat memadai untuk monitoring, bisa dikonsultasikan ke satgas wilayah masing-masing misalnya. Atau lakukan isoman di fasilitas pemerintah, karena alat-alat monitoring sudah disediakan. 

Jadi jangan sekedar istirahat, makan, dan menaikkan imun saja, lakukan aktivitas fisik dan monitoring juga. Karena ini bisa membantu kita melihat perjalanan penyakit kita. 

Tetap Prokes 6M dan DAPATKAN VAKSIN SEGERA

Secara saintifik, tidak ada pencegahan yang lebih baik dan lebih efektif ketimbang Memakai masker, Mencuci tangan, Menjaga jarak, Menghindari kerumunan, Membatasi mobilitas, dan Menghindari makan bersama. Dan sekarang dibantu dengan vaksinasi. 

Prokes dan vaksin merupakan USAHA BERSAMA untuk MENCEGAH Covid-19. Jadi, marilah bersama-sama berusaha untuk mewujudkannya. 


Oke, mungkin ini dulu yang bisa saya sampaikan. Kalau ada pertanyaan atau diskusi bisa dituliskan di kolom komentar ya. 

Sekali lagi, tulisan ini saya tulis berdasarkan pengalaman saya bekerja sebagai dokter di klinik. Semoga bisa memberi manfaat buat temen-temen. 


Posting Komentar

0 Komentar