
Jepang saat ini sudah memasuki musim panas. Suhu 30 derajat celcius keatas menjadi makanan sehari-hari. Setiap tahun, kalau memasuki musim panas, problema heatstroke atau serangan panas yang berlebihan pada tubuh selalu menjadi momok. Angka kematian karena heatstroke di Jepang ini bisa dibilang cukup tinggi, terutama di usia >60 tahun (sumber: klik disini) dan angka kematian untuk kelompok usia <60 tahun bahkan berkolerasi dengan kenaikan suhu terutama di puncak musim panas bulan Juli-Agustus.
Nah, tahun 2020 ini peperangan melawan heatstroke semakin menantang, karena adanya Covid-19 yang mengharuskan kita menggunakan masker kemanapun pergi. Khawatir dengan efek masker terhadap kenaikan suhu tubuh, sebuah tayangan program TV Jepang memberikan pemaparan tentang jenis-jenis masker yang beredar di pasaran dan efeknya terhadap kenaikan suhu tubuh untuk mencari jenis masker yang memiliki resiko terkecil untuk menimbulkan heatstroke melalui serangkaian percobaan sederhana.
Sebelum melangkah lebih lanjut, saya disclaimer dulu ya. Kesimpulan yang ditarik dari tayangan program tersebut hanya berdasarkan pada percobaan sederhana, yang dilakukan oleh tim "ahli" dari tayangan tersebut, dengan sampel kecil (hanya satu orang laki-laki dan satu orang perempuan) dan sampel ini tidak random, sehingga kesimpulan penelitian sederhana ini belum tentu bisa diterapkan secara umum, untuk semua orang. Meskipun begitu, kesimpulan dari penelitian ini bisa digunakan untuk menambah wawasan kita karena memang belum ada penelitian secara saintifik yang mendalam tentang tipe-tipe masker dan efeknya terhadap suhu tubuh. Ini bukan merupakan rekomendasi yang wajib dipatuhi ya!
Ada 4 jenis masker yang diujikan di tayangan ini: masker kain, masker gauze (kasa), masker urethane, dan masker non-woven 3ply. 4 masker ini dipilih karena keempat masker ini paling banyak digunakan masyarakat Jepang.
Metode percobaannya mereka menggunakan subyek laki-laki dan perempuan usia produktif yang di ukur suhunya sebelum percobaan dalam keadaan memakai masker (kontrol). Kemudian subjek tersebut berlari ringan naik-turun tangga selama 10 menit dengan intensitas yang sama yang dikategorikan sebagai aktivitas "ringan" sambil menggunakan masing-masing masker. Kemudian suhunya diukur lagi setelah aktivitasnya.
![]() |
Metode pengukuran suhunya ada 3: Thermography, pengukuran suhu tubuh selama 1 menit, dan pengukuran suhu tubuh sesaat menggunakan thermogun |
Dan, bagaimana hasilnya???
Masker non-woven 3ply meningkatkan suhu paling tinggi, sementara masker Urethane paling "sejuk"!
![]() |
Hasil untuk masker 3ply |
Ternyata penggunaan masker non-woven 3ply meningkatkan suhu tubuh 2,2 derajat celcius setelah aktivitas jika dibandingkan dengan kondisi basal-nya (suhu 34 derajat celcius sebenernya bukan suhu normal tubuh ya gaes, tapi ini dianggap sebagai "kontrol" atau kondisi dasar dalam setting percobaan ini, karena si penguji hanya ingin melihat selisih kenaikan suhunya saja).
Menurut penjelasannya, masker jenis ini cepat basah dan menempel erat ke muka ketika kita berkeringat, jadinya semakin pengap di area hidung-mulut. Karena pengap, maka semakin bikin berkeringat. Terus berputar begitu sampe bener-bener pengap.
Di peringkat ter"panas" kedua adalah masker KAIN!
![]() |
Hasil dari masker kain |
Masker kain ternyata meningkatkan suhu 1,4 derajat celcius jika dibandingkan dengan kontrolnya. Menurut subjek penelitian, rasanya sama dengan menggunakan masker 3ply, terasa pengap di daerah hidung dan mulut. Menurut penjelasan ahli-nya, masker kain yg terkena keringat juga mudah menempel ke bagian hidung-mulut, membuat area ini semakin pengap, semakin panas, semakin berkeringat, semakin nempel, dan muter begitu terus.
Urutan ketiga adalah masker gauze atau masker kasa dengan kenaikan suhu hanya 0.4 derajat celcius saja.
![]() |
Hasil dari masker gauze (kasa) |
Sebenernya masker kain dan masker kasa ini breathability -nya sama. Tapi ada satu perbedaan mendasar yang bikin masker kasa ini jadi lebih "sejuk".
![]() |
Ukuran masker kasa (gauze) biasanya lebih kecil (kiri) dibanding dengan ukuran masker kain pada umumnya (kanan) |
Ternyata, sirkulasi udara terjadi diantara gap atau jarak antara masker dan kulit wajah. Karena masker kasa yang ukurannya kecil, sirkulasinya jadi lebih baik dibanding masker kain yang besar. Jadi walaupun dipake jangka lama, keringet yang keluar jadi lebih sedikit karena sirkulasi bagus. Masker jd ngga gampang basah dan menempel di muka.
Bagaimana dengan yang paling "sejuk", si masker urethane??
![]() |
Masker urethane |
Ternyata kenaikan suhunya hanya 0,2 derajat celcius. Menurut penjelasan, kenaikan yang rendah ini disebabkan bahan urethane yang kaku, sehingga masker ini ngga menempel di wajah. Ada gap yang cukup besar antara masker dengan wajah, sehingga sirkulasinya lebih bagus. Subjek penelitian pun tidak banyak mengeluarkan keringat karena tidak terasa pengap di area hidung-mulut.
![]() |
Penjelasan tentang masker urethane. |
Selain masalah panas tubuh, masalah banyaknya keringat yang keluar juga bisa mempengaruhi status dehidrasi tubuh kita. Sehingga masker urethane dianggap baik untuk mencegah heatsroke dengan catatan tidak menggunakan masker berwarna gelap, karena akan menyerap panas.
Jadi, apakah masker urethane bener2 bagus??
Eits, jangan buru-buru beli masker urethane dulu.... Masih ada percobaan selanjutnya
Selanjutnya, tayangan ini membuat percobaan untuk mengetes, mana masker yang paling "tidak tembus partikel". Karena tujuan dari masker ada dua: untuk mencegah penyebaran droplet dari orang lain ke kita dan untuk mencegah penyebaran droplet kita ke orang lain. Tim dari tayangan ini menggunakan suatu selang yang dimasukkan ke rongga antara kulit wajah dan masker untuk menghitung banyaknya "partikel yang tembus" ke bagian dalam masker.
![]() |
Percobaan kedua untuk melihat permeabilitas masker. |
Dan, ternyata hasil menunjukkan
Masker non-woven 3-ply adalah masker yang paling tidak mudah ditembus partikel asing
Alias impermeabilitas-nya bagus, alias paling aman dari partikel. Masker ini mencegah hingga 55% partikel yang masuk menggunakan sistem percobaan mereka. Yang lebih penting lagi, jika penggunaan masker-nya benar, maka masker non-woven 3-ply ini bisa mencegah 95% partikel dari luar (partikel yang dimaksud disini adalah partikel asing dalam ukuran kecil, tapi bukan virus). Ternyata dalam hal menghalangi partikel asing masuk, masker non-woven 3-ply adalah yang terbaik!
Dalam hal mencegah partikel masuk, non-woven 3-ply mask adalah yang terbaik, tapi untuk mencegah keluarnya droplet dari mulut ke lingkungan, semua masker mempunyai efek yang hampir sama bagusnya. Sehingga semua jenis masker mempunyai manfaat yang sama untuk mencegah penularan ke lingkungan! Jadi jangan ragu untuk pake masker kain, masker urethane, maupun masker kasa. Karena kalau semua orang pakai masker, maka otomatis kita akan terlndungi dari droplet orang lain. Tindakan kita bisa membantu melindungi orang lain lho!
Kesimpulan
Dari percobaan singkat tayangan TV Jepang ini kita tahu bahwa:
1. Masker urethane memiliki sirkulasi yang bagus, sehingga suhu badan tidak mudah naik
2. Masker non-woven 3-ply memiliki proteksi terhadap partikel paling baik
3. Untuk tujuan mencegah penyebaran droplet ke lingkungan, semua jenis masker memiliki kualitas yang hampir sama.
4. Penggunaan masker harus tetap dibarengi dengan tindakan menjaga jarak (physical distancing) karena tidak semua masker memiliki fungsi mencegah partikel asing masuk yg baik (percobaan tayangan ini tidak menggunakan partikel virus)
5. Selain menjaga suhu tubuh, jangan lupa untuk menjaga kecukupan air dalam tubuh untuk mencegah heatstroke
Jadi kira-kira begitu temen-temen isi tayangan TV tersebut. Sebenernya ada penjelasan lebih detil tentang pengaruh warna masker dan cara menghindari heatstroke. Tapi nanti bahasannya bisa panjang banget, jadi kita fokuskan ke bagian ini aja ya.
Yang saya suka dari tayangan TV Jepang adalah informasi yang diberikan sangat informatif, sesuai dengan kondisi, dan selalu dibarengi dengan bukti yang saintifik dan tidak mengada-ngada. Ngga ada acara yang terkesan membodohi penonton. Selalu mengundang ahli di bidangnya, atau menggunakan pembuktian dengan percobaan (meskipun percobaannya sederhana), atau dengan membahas sesuai literatur yang ada oleh para ahli. Sehingga penonton biasanya mendapatkan "ilmu" baru setiap habis nonton acara tertentu.
Terakhir, sekali lagi mengingatkan temen2 untuk tetap menggunakan masker ketika berkegiatan di luar rumah. Tetep menjaga jarak karena masker belum tentu menjamin 100% tidak tembus virus. Tetap waspada dengan Covid-19. Jangan menyepelekan, apalagi sampai merepotkan para petugas medis. Okay?? because we're in this together, we fight this together!
See you on the next post!
0 Komentar