Pas banget nih momennya pas kemaran tanggal 10 Oktober adalah World Mental Health Day! Kali ini saya juga mau mendiskusikan soal 'taking a break' dan kaitannya dengan kesehatan mental. Tapi bukan dari kacamata keilmuan psikiatri ya, karena kompetensi saya kompetensi dokter umum aja, jadi kayanya belum cocok membahas secara keilmuan. Saya akan membahas secara pribadi aja.
Kebetulan saya tipe goldar A yang perfeksionis, dan melankolis, dan saya suka sekali sama segala sesuatu yang terencana, termasuk soal pendidikan dan pekerjaan. Sejak S1 saya sudah merencanakan akan kerja dimana, akan melanjutkan studi kemana, plan A bagaimana, kalo gagal nanti plan B nya begini, dan segala macamnya.
Bisa dibilang ngga ada momen dimana saya "nganggur" karena semua sudah ter-plan dengan seksama. Apalagi di lingkungan keluarga saya yang notabene begitu semua. Semuanya sekolah ini lanjut itu terus kerja ini dan seterusnya.
Namun, semua hal itu berubah ketika saya menyelesaikan S3. Entah kenapa saya merasa lelah. Both physically and mentally. Merasa ngga bisa berpikir selanjutnya mau apa. Di satu sisi merasa bersalah karena bakal ada "gap year" dalam catatan hidup, tapi di satu sisi merasa lelah bener-bener.
Kehidupan S3 yang orang liat kayanya biasa aja, adem-adem aja, kenyataannya ngga begitu. Banyak ups and down dan hidup udah kayak roller coaster aja emosinya. Kayak gitu terus konstan selama 4 tahun. Gimana ngga cape coba? Nah, pada saat itulah akhirnya saya bener-bener mantap untuk mengambil langkah: 'take a break'.
For the first time in my life, saya ngga punya rencana jelas. Hanya kira-kira begini dan begitu. Saya jalani pelan-pelan. Sambil bersantai, menikmati tiap detik yang terlewat. Kerja iya, tapi ngga 'ngoyo', ngga ada yang dikejar, hanya untuk refreshing ilmu aja. Tapi justru dari suasana santai yang tanpa tuntutan dan tanpa keharusan ini saya mendapati beberapa pencerahan tentang langkah berikutnya.
Pikiran saya jadi lebih clear terhadap beberapa permasalahan yang sedang saya hadapi dan terhadap beberapa pilihan yang acap kali bikin galau. Emosi juga lebih stabil ngga lagi seperti roller coaster jadi lebih bijak dalam mengambil keputusan. Satu per satu saya mulai menyusun lagi gambaran yang lebih jelas tentang rencana kedepannya. Tentu dengan perasaan yang lebih nyaman dan lebih gembira.
Buat saya yang dulu berpikir 'gap year is just for a loser who don't have a visible plan', sekarang pikiran saya lebih terbuka, bahwa 'taking a break', 'gap year', bersantai dan liburan itu jelas perlu! Banyak hal-hal baru, ide-ide, sudut pandang baru yang bisa membantu kita menentukan masa depan. Dan kita juga jadi lebih fresh baik mentally and physically.
Ketika secara mental kita lebih baik, kita pun jadi lebih mudah menerima kritik, saran, lebih bijak dalam bertindak, dan lebih ikhlas dalam menerima berbagai cobaan. Ternyata, santai sejenak bener-bener bermanfaat untuk kesehatan mental kita dan untuk masa depan yang lebih baik!
Lelah secara mental bisa terjadi pada siapapun, dari golongan apapun, dan dengan pekerjaan apapun. Semua orang berhak untuk istirahat sejenak. So, know your limit, and make sure you take a proper break!
Sekarang saya sudah siap menjalani tantangan berikutnya!
Bring it on!
0 Komentar