Wedding DIY [eps.2]: Pernikahan virtual dan bagaimana membuatnya


Jadi, karena kondisi pandemi yang memang tidak memungkinkan untuk berpesta, beramai-ramai, membuat syukuran, akhirnya saya dan suami harus merelakan pernikahan kami akan berbeda dari pernikahan pada umumnya. Prioritas kami adalah menyelenggarakan pernikahan ini dengan tetap menjaga keamanan diri sendiri dan keluarga kami, jadi kami memutuskan untuk menyelenggarakan pernikahan sederhana dengan dibantu oleh teknologi. Jadilah pernikahan virtual! 

Mau tau seperti apa dan bagaimana membuatnya menyenangkan? Saya akan berbagi ceritanya disini!

Seperti apa itu pernikahan virtual?


Karena masih dalam kondisi pandemi, untuk melakukan akad nikah di KBRI Tokyo, diberlakukan peraturan yang dikeluarkan kementrian agama tentang pelaksanan akad nikah, yaitu dengan membatasi jumlah orang yang hadir di akad nikah jadi 10 orang saja, termasuk pengantin pria, wanita, penghulu, dan saksi. Artinya, ngga bakal mungkin bisa mengundang temen ini itu di acara akad nikah. 

Bahkan untuk mengajak keluarga inti aja udah mepet banget kuotanya. Apalagi kondisi pandemi di Tokyo lumayan parah, ngga mungkin juga memaksakan untuk mengundang temen-temen, yang mostly ada di kota Kobe, ke Tokyo. (Kenapa harus menikah di Tokyo? Baca disini)

Nah, disinilah peran teknologi masuk. Kami memutuskan melakukan pernikahan virtual. Teman-teman dan keluarga (termasuk keluarga inti saya yang ngga mungkin untuk berangkat ke Jepang) saya hadirkan melalui online meeting. Undangan pun saya hadirkan secara online, yang bisa dikirimkan melalui online messaging seperti e-mail, LINE, Whatsapp, bahkan instagram. 

Biar mirip sama resepsi Indonesia, kami juga menyiapkan buku tamu, tapi buku tamu-nya juga dihadirkan secara online. Belum lengkap rasanya kalau belum ada souvenir ala-ala. Untuk souvenir juga kami buat secara online. Jadi, semua persiapannya dibuat seperti akad biasa, tapi dibantu dengan teknologi.

Akad nikah dengan protokol kesehatan di KBRI Tokyo


Terus, bagaimana dengan acaranya? Acara akadnya sendiri dilakukan persis seperti adat Indonesia, ngga ada yang berubah. Ada ijab qobul yang dilakukan oleh wali nikah (karena ayah saya tidak mungkin datang in person) kepada suami saya, ada acara tandatangan berkas, penyerahan mahar, tukar cincin, bahkan sampe ke acara sungkeman dan foto-foto tentunya. 

Hanya saja, acara ini di"siarkan" melalui online meeting. Di akhir acara, saya dan suami juga berkesempatan untuk memberi ucapan satu-satu kepada para tamu yang hadir, sekali lagi, melalui online meeting. Walaupun serba online, tapi kami merasa sudah "cukup dekat" dengan akad yang sesungguhnya.

Jadi, apakah dengan konsep virtul acaranya jadi berubah? Nggak juga. Syarat-syarat pernikahan juga terpenuhi.

Apakah jadi ngga rame? Nggak juga. Banyak teman-teman bisa menyaksikan langsung, bahkan dalam kondisi baru bangun tidur (ini dia salah satu keuntungan virtual wedding, bisa hadir walau baru bangun tidur!). Selain itu, saya dan suami juga sempat menyapa dan ngobrol langsung dan mendengar ucapan dari beberapa tamu yang hadir, walau tidak kesemuanya. 

Apakah tamu menikmati acara? Ini yang saya dan suami khawatirkan, tapi ternyata, secara mengejutkan mereka menikmati acara! Bahkan sempat ikut termehek-mehek juga hehe. Temen-temen dan keluarga undangan bisa merasakan kegembiraan kami juga. Temen-temen suami yang orang Jepang pun juga senang bisa menyaksikan acaranya. 

Usut punya usut, ternyata konsep virtual wedding sudah banyak dikenal orang Jepang. Sejak pandemi dan dilakukan pembatasan aktivitas, banyak Wedding Organizer (WO) beralih menyelenggarakan pernikahan dalam format online (baca beritanya disini). 

Ada yang berbentuk video wedding, dimana WO akan mem-broadcast prosesi pernikahan, tamu hadir secara online dengan menggunakan pakaian resmi, sedangkan acara makan-makan hanya dihadiri keluarga saja (konsep ini ternyata persis dengan konsep yang saya usung!). 

Ada juga yang berbentuk photo wedding, dimana mempelai melakukan prosesi pernikahan dan diabadikan melalui foto-foto saja, tanpa ada undangan. Ternyata konsep demikian cocok dengan karakter orang Jepang karena SANGAT MENGHEMAT BUDGET (hidup di Jepang udah mahal, kalo nikahan juga harus mahal kan jadi sedih ya) dan sangat cocok dengan sebagian masyarakatnya yang "ogah rempong bikin resepsi" (tipe yang nikah di Ward Office aja). 

Beberapa vendor pernikahan online dan photo wedding



Pingin tau kayak gimana pernikahan virtual? Liat dulu yuk:


Just like any other wedding!

Kesimpulannya, pernikahan secara virtual ini visibel dan cocok banget untuk kalian yang:
  • INGIN PANDEMI CEPAT BERAKHIR
  • Menghemat budget
  • Praktis dan bisa dikerjakan sendiri
Saya SANGAT MEREKOMENDASIKAN temen-temen untuk melakukan pernikahan virtual karena ketiga alasan tersebut. Kalo temen-temen memiliki satu dari tiga alasan tersebut, perlu dipertimbangkan pernikahan virtual.

Nah, sekarang saya akan membeberkan beberapa poin penting buat temen-temen yang mau bikin pernikahan virtual secara mandiri seperti saya:

Siapkan aplikasi meeting virtual


Untuk aplikasi meeting-nya saya menyarankan aplikasi meeting yang sudah familiar buat kita. Untuk mengurangi stress dan gangguan teknis. Dalam hal ini, saya menggunakan aplikasi Zoom Meeting. Buat saya Zoom Meeting sudah cukup, karena beberapa alasan:
  1. Walaupun ngga ngerti-ngerti banget, tapi saya biasa mengoperasikan aplikasi ini.
  2. Banyak orang Indonesia dan Jepang yang sudah familiar dengan interface-nya, jadi mengurangi masalah kendala teknis. 
  3. Fitur seperti recording, chat, hosting dan lain-lain sudah cukup bagus. Dan biaya untuk bisa mendapat fitur tersebut juga ngga mahal (akun Pro subscribenya sekitar 200 ribu per bulan saja).
  4. Aplikasi ini kompatibel baik lewat PC maupun smartphone, jadi nyaman untuk siapa saja dimana saja.
  5. Bisa share hosting. Pada akad saya, host saya serahkan di kakak saya di Indonesia, sementara saya menjadi co-hostnya. Karena hosting itu melelahkan, jadi saran saya, cari orang untuk bantu jadi host.
Menikah dengan diperantarai teknologi nggak menjadi masalah.
We are in the future!


Kekurangan dari Zoom Meeting ini adalah jumlah partisipan-nya yang terbatas hanya 100 orang (untuk akun Pro), kalo mau nambah harus nambah biaya lagi. Kebetulan jumlah partisipan bukan prioritas buat saya dan suami, jadi kami memutuskan untuk tetap dengan 100 partisipan. Jadi kembali ke prioritas, kalo prioritasnya adalah rame, siapkan ekstra budget disitu yak.

Tips dan triknya: tinggal mengatur berapa jumlah kamera/akun yang dipakai untuk menyiarkan di hari H. Kalau saya, saya pakai tiga akun untuk jadi "narasumber" acara. Nanti host yang akan mengatur akun mana yang dijadikan spotlight pada broadcast Zoom Meeting-nya. 

Usahakan host-nya orang lain, biar kita ngga kerempongan. Kalo perlu bikin MC juga minta tolong saudara/temen. Libatkan keluarga, karena dalam acara saya, keluarga banyak andil disini. Yang ngga kalah penting, lakukan simulasi sebelum acara! 

Buat undangan virtual


Sejak awal, saya memang bercita-cita mendesain undangan saya sendiri, dan ternyata kesampaian! Hanya saja kali ini saya ngga perlu mencetak, karena undangannya virtual.

Membuat undangan itu sebenernya ngga sulit kok. Sudah banyak website yang menyediakan fitur membuat desain grafis termasuk untuk undangan pernikahan secara online seperti CanvaAdobe Spark, dan lainnya. Kebetulan saya pengguna Canva dan Adobe Spark untuk bekerja, jadi saya sangat familiar dengan penggunaan keduanya. Untuk undangan akad nikah saya menggunakan Adobe Spark. 

Contoh undangan virtual kami. Ada versi animasi-nya juga yang bisa kami kirim lewat media sosial
(kiri) undangan pre-RSVP (kanan) undangan+reminder pre-event


Tips dan triknya: Kalau bingung desainnya seperti apa, bisa tengok Pinterest untuk cari ide, atau tengok ke Freepik. Dari kedua website itu kita bisa cari inspirasi sekaligus mendapat asupan template. Saya sendiri sudah rajin browsing Pinterest dan udah mulai menentukan tipe desain undangan bahkan sampai palet warna dekorasi jauh sebelumnya. Nanti tinggal direalisasikan melalui Canva/Adobe Spark. 

Menggunakan Canva lebih praktis sebenernya, cuma saya pilih Adobe karena ada alasan lain. Undangan tersebut kemudian saya edit menggunakan editor video (supaya bisa dikasih animasi) dan di kompres ukurannya agar praktis dikirimkan.

Selanjutnya, karena partisipan kami terbatas 100 orang, maka untuk mendata tamu yang mendapat undangan sekaligus menghitung tamu yang akan join ke acara, kami menggunakan sistem RSVP menggunakan googleform. Para undangan yang merespon RSVP kemudian mendapat link Zoom Meeting, Online Guestbook, dan souvenir lainnya melalui e-mail, dan pesan pengingat melalui Whatsapp/LINE. 

Gunakan jasa online guestbook!


Sebagai yang punya acara, pasti kepingin kan menyimpan data siapa-siapa aja yang waktu itu "datang" dan menyaksikan acara. Apalagi kalo mereka bisa meninggalkan ucapan juga sebagai pengganti kartu ucapan, pasti lebih seru dan lovable.

Untuk mengakomodir keinginan ini, saya menggunakan jasa online guestbook yang digawangi oleh Wed.tv (klik disini). Wed.tv ini menyediakan jasa online guestbook untuk pernikahan dimana para tamu bisa meninggalkan nama dan pesan dari mereka untuk pengantin. 

Konsepnya sangat mudah, para tamu undangan bisa membuka website wed.tv, mengisi kode khusus event pernikahan yang sudah kita buat sebelumnya, kemudian tamu undangan bisa meninggalkan nama dan pesan-kesan plus bisa meninggalkan foto juga untuk si host. Kita juga bisa mengatur kapan buku tamu online  itu dibuka (kalo sudah ditutup, tidak ada yang bisa menulis pesan lagi meskipun). 

Diakhir acara, kita bisa ngeprint bukunya atau bisa men-display pesan dari para tamu lewat proyektor atau Chromecast. Seru kan? 

Layanannya full online, ga ribet, bener-bener customizable, dan murah

Diantara buku tamu online yang saya temukan, hanya Wed.tv saja yang bener-bener full online tanpa perlu download aplikasi atau rempong-rempong lainnya. Bisa diakses dengan gawai apapun, kapanpun. Praktis buat siapa saja. Yang lebih menyenangkan lagi, layanan dari wed.tv ini bersifat gratis, tapi kita bisa melakukan donasi sesuka kita. Perfect, right?? 

Buku tamu plus ucapan-ucapan yang so sweet banget. Ucapan ini bisa diprint dalam bentuk buku pdf atau ditayangkan dalam bentuk slideshow lho. Cek langsung ke https://wed.tv/en 


Tips dan triknya: buka buku tamu sehari sebelum dan sehari sesudah, karena banyak teman yang ternyata lupa untuk mengisi.  Jangan lupa share link DAN event code-nya, karena tamu banyak yang ngga "ngeh" soal event code.

Membuat souvenir online


Ini bagian yang butuh waktu buat saya. Saya pingin semua orang mendapat sesuatu yang bisa mengingatkan mereka tentang event kami dan bisa diakses secara online. Setelah berputar-putar, akhirnya saya mendapatkan ide untuk membuat sebuah photobooth (biasanya ada kan nikahan yang suvenirnya berupa foto yang di print langsung dan ada frame bertuliskan nikahan siapa dan tanggal berapa). 

Setelah memutuskan untuk menghadirkan photobooth, selanjutnya saya mencari vendor online-nya. Butuh waktu agak lama sampai akhirnya saya menemukan vendor online dengan harga terbaik.


Souvenir impian saya hehehe


Aplikasi yang saya gunakan adalah dari virtualbooth.me. Aplikasi ini memiliki beberapa kelebihan:
  • Tamu ngga perlu download aplikasi apapun. Cukup klik link atau scan QR code nya
  • Full customizable. Kita bisa bikin frame sendiri. Caranya cukup praktis dan mudah
  • Bisa ambil foto, GIF maupun boomerang. Seru kan?
  • Bisa di download, atau di share melalui facebook/twitter
  • Ada gallery dimana kita bisa melihat foto teman-teman kita
  • Cocok untuk event apa aja: pernikahan, perayaan agama, launching, bahkan cocok untuk branding usaha juga.
Aplikasi ini juga full online, bisa diakses kapan aja dimana aja pake gawai/PC masing-masing asal tau link/lewat QR code. Ngga cuma buat foto, tapi juga bisa buat boomerang dan GIF. Mulai dari interface, frame, stickers-nya bisa kita desain sendiri. Desainnya juga bisa pake Canva/Adobe Spark, gampang banget. Semua saya sendiri yang desain. Praktis buat kita sendiri sebagai host. (Model: suami hehe)


Kebetulan saya beli paket yang full, buat temen-temen yang punya event online dan butuh layanan semacam ini, bisa join akun dengan saya (tapi sampe tanggal 5 Januari saja), silahkan kontak saya nanti. 

Tips dan triknya: join akun sama temen biar lebih murah! Jangan lupa di share ke temen-temen untuk menggunakan browser Safari atau Google chrome karena dengan browser selain itu kadang hasilnya ngga maksimal

Dengan adanya photobooth ini tamu bisa menyimpan kenangan tentang acara kami, walaupun tidak hadir langsung. Setidaknya, cita-cita saya tercapai!


Kurang lebih 4 hal yang saya sebut diatas adalah hal yang paling fundamental untuk membuat pernikahan virtual jaman now nih. Kesemuanya SANGAT PRAKTIS DAN BISA DIKERJAKAN SENDIRI LHO! Dan buat orang yang agak-agak gagap teknologi, cara-cara ini sangat praktis dan sangat mudah untuk dikerjakan, bahkan sendirian!

Buat temen-temen yang akan menikah, saya SANGAT MEREKOMENDASIKAN PERNIKAHAN VIRTUAL. Karena dengan begitu kita bisa ikut andil dalam mengendalikan pandemi ini. Secara, berkumpul apalagi kalau sampai harus traveling demi menghadiri pernikahan, itu bakal mempermudah penyebaran virus dan akan membahayakan bukan hanya kita sebagai mempelai, tapi juga membahayakan keluarga dan teman-teman yang kita undang juga. 

Jadi, please be wise, bijaksanalah dalam melakukan pernikahan. Karena dalam agama pun juga tidak pernah ditekankan harus rame, apalagi pesta. 

Saya bakal membahas persiapan lainnya di posting berikutnya.
Jangan bosen yak!




Posting Komentar

0 Komentar