Memilih untuk Hidup Sebagai "Orang Biasa"


Pernah terlintas di timeline Twitter saya: 99% orang di dunia ini akan berakhir menjadi "orang biasa" saja. Tapi entah kenapa saya merasa society mendorong kita harus menjadi orang yang luar biasa, yang out of the box. Padahal jadi orang biasa juga ngga ada salahnya.

Ngga ada orang yang bercita-cita jadi "orang biasa". Itu jelas sih. Siapa sih yang ngga mau jadi orang pinter, orang sukses, orang kaya, orang luar biasa? Saya pun juga begitu. Dari kecil saya punya pikiran bahwa kalau besar nanti saya pingin jadi orang hebat yang sukses (kemaruk ya?).

Karena punya mindset yang begitu besar, saya jadi termotivasi untuk selalu masuk sekolah unggulan, dapat rangking, ikut macam-macam organisasi, panitia, ikut klub, kejuaraan, sampe memenangkan kejuaraan. 

Selesai S1, ngga puas sampe disitu, langsung berburu beasiswa biar bisa sekolah di luar negeri, karena ambil spesialis atau kerja langsung setelah lulus terlalu mainstream. Saya pingin jadi "luar biasa", pingin out of the box, pingin berbeda dari keluarga dan kebanyakan teman-teman saya.

Tapi, inget ngga kata-kata uncle Ben di Spiderman?

With great powers come great responsbility

Saya ngga suka-suka amat sama Spiderman, tapi untuk yang satu ini saya setuju banget. Semakin kita mencoba menjadi luar biasa, semakin banyak tantangan dan tanggungjawab yang harus kita hadapi. Sayangnya, tidak semua orang siap dengan itu dan berakhir menjadi "orang biasa".

Lantas, apakah kemudian menjadi orang biasa saja itu salah? Tidak berguna?

Suatu hari saya menemukan sebuah postingan di IG dan di Twitter juga dari akun @norative, tentang menjadi orang biasa. Ijinkan saya kutip kalimatnya.

"Merasa jadi "orang biasa" bukan berarti kebaikan yang kamu lakukan tidak bermakna, sebab ada kebaikan lain yang tumbuh dari benih-benih manfaat yang kau tebar"--Nora F. Humanika

Membaca kalimat ini saya merasa sangat tenang. Menjadi orang biasa itu ngga salah, dan ngga jelek. Selain menjadi orang yang luar biasa, kita punya pilihan untuk menjadi "orang biasa" yang bermanfaat.

Cukup lama saya merenungkan tentang cita-cita saya pingin jadi orang hebat. Tapi semakin kesini semakin saya merasa lebih santai untuk memilih menjadi orang biasa saja.  

Saya percaya manusia hidup punya tugasnya masing-masing. Bayangkan kalau semua orang tugasnya adalah menjadi orang hebat, menjadi pemimpin misalnya. Lalu siapa yang akan dipimpin? Kalau semua orang jadi CEO, terus siapa yang jadi karyawannya?

Ngga ada salahnya memilih mengambil peran jadi orang biasa. Karena kita tetap bisa jadi "orang biasa" yang bermanfaat untuk sekitarnya. Meskipun kita biasa saja, pasti akan selalu ada orang yang melihat kita luar biasa.

Memilih jadi orang biasa bukan hal yang buruk, bukan payah. Just be you.

Embrace yourself. Love yourself.

Posting Komentar

0 Komentar