Sejak hari itu, saya masih kepikiran dengan pertanyaan itu, "apa sih yang saya kejar?" dan sampai sekarang saya masih belum bisa menemukan jawabannya. Apakah dalam hidup itu kita harus mengejar sesuatu? Bisa ngga hidup itu tanpa mengejar sesuatu? Just living the moment misalnya. Mungkin ngga?
Gara-gara pertanyaan ini, saya jadi sadar bahwa selama ini saya hidup selalu "mengejar" sesuatu. Sewaktu SD saya mengejar untuk bisa diterima di SMP favorit. Sewaktu SMP juga sama, mengejar untuk diterima di SMA favorit. Sewaktu SMA saya juga masih "mengejar" jurusan. Bahkan dikejar sampe ke kota lain.
Setelah selesai kuliah saya juga masih mengejar, mengejar mimpi untuk sekolah di luar negeri. Sudah sampai di luar negeri, tanpa sadar saya jadi kepingin mengejar jodoh. Sekarang? Sekolah sudah selesai, jodoh sudah di tangan. Selanjutnya apa?
Sudah cukup lama saya memutuskan untuk "gap year" (sok-sokan pake istilah ini hehe). Jenjang pendidikan terakhir bisa dibilang cukup menguras tenaga dan emosi, jadi saya pikir saya ingin "istirahat".
Saya hidup sebagai freelancer dengan gaji seadanya, tapi ngga pernah merasa kekurangan. Saya hidup dengan sederhana, tapi malah jadi belajar banyak filosofi tentang hidup minimalis. Saya hidup tidak dengan mengikuti trend sosial seperti buru-buru ambil spesialis keburu tua, segera punya momongan sebelum tua, beli rumah beli mobil segera, beli saham beli reksadana sekarang juga, tapi saya merasa baik-baik saja.
Dalam periode itu yang saya ingat hanya waktu yang saya habiskan dengan suami dan keluarga, yang saya habiskan merencanakan pernikahan, yang saya habiskan untuk menulis blog dan membuat video Youtube, yang kesemuanya terasa menyenangkan.
Bukan berarti selama periode "mengejar" itu saya merasa tersiksa. Saya senang kok mengejar sesuatu. Senang punya tujuan, senang punya "goal", apalagi punya achievement. Tapi saya jadi kepikiran, ternyata ngga punya "goal" juga menyenangkan ya? Bener-bener living the moment. It was not bad at all!
Si dokter yang saya ikuti webinarnya itu juga demikian. Ketika dia sudah menjadi dokter, spesialis, punya suami, anak, dan kehidupan yang serba cukup, maka dia merasa tidak perlu mengejar apa-apa lagi, sehingga dia memanfaatkan waktu dan tenaganya untuk kegiatan sosial.
Kalau sekarang saya merasa sedang "tidak ingin mengejar apa-apa", apakah saya terlalu naif? Apakah manusia harus selalu punya tujuan? Apakah saya sedang di fase bosan? Atau lebih buruk?
Apakah teman-teman pernah merasakan hal yang sama?
Feel free to share your insight in the comment section yak!
0 Komentar